JAKARTA - Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Ibramsjah
menganggap wajar jika Partai Golkar belakangan kembali dilanda perbedaan
pendapat terkait dengan pencapresan Aburizal Bakrie (Ical).
Terlebih,
Dewan Pertimbangan Partai Golkar telah mengusulkan agar pencapresan
Ical dievaluasi mengingat semakin hari elektabilitas ketua umum Partai
Golkar itu tidak meningkat.
"Golkar itu partai besar, harusnya
yang terpilih itu kader terbaik. Tapi selama ini penentuan capres selalu
tertutup. Pertanyaanya, apakah Ical kader terbaik di Golkar? Apa Ical
benar-benar punya elektebailitas di Golkar? Saya yakin tidak," kata dia
kepada wartawan, hari ini.
Munculnya kegusaran di internal partai
berlambang pohon beringin itu, terutama dari DPD tingkat II, disebabkan
karena Ical terkesan otoriter dan menutup peluang kader lain yang lebih
layak untuk diusung sebagai capres oleh Partai Golkar.
"Selama
ini kan tidak pernah fair play, karena selalu tertutup. Kalau dia (Ical)
memang berani, dia harus buka konvensi. Beri kesempatan kepada Jusuf
Kalla, Akbar Tanjung, Fadel Muhammad, dan lain-lain," tegasnya.
Buruknya
elektabilitas Ical, menurut Ibramsjah, karena Ical memiliki rekam jejak
yang buruk. Terutama yang terkait dengan munculnya bencana lumpur
Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.
"Saya rasa rakyat Indonesia juga
tahu siapa Ical. Apa yang dikerjakan di Sidoarjo dan dengan mafia
pajak. Itu saja sudah susah meningkatkan elektabilitas Ical. Saya yakin
dia dapat nomor buncit nanti di Pilpres. Makanya perlu ada calon
alternatif, apakah dari luar atau dari dalam Golkar," ujar Ibramsjah.
Meski
demikian, bukan berarti Ical akan kehilangan kesempatan untuk
meningkatkan elektabilitasnya. Menurut Ibramsjah, Ical akan mendapatkan
simpati dari publik jika dia dengan berani memberikan kesempatan kepada
tokoh Golkar lainya untuk berkompetisi di bursa capres.
"Saya
rasa masih ada waktu kalau Ical punya sifat kenegarawanan, jantan, dan
berani. Harus tantang semua (konvesi). Kalau dia menang, rakyat
Indonesia akan simpati, elektabilitas akan naik," tutupnya.
(cop was)