JAKARTA - Langkah Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung
yang menyurati DPP terkait pencalonan Ketua Umum Aburizal Bakrie sebagai
presiden merupakan upaya menyelamatkan citra partai.
"Saya melihat Akbar Tandjung berupaya bersikap realistis terhadap pencalonan Aburizal Bakrie pada Pemilihan Presiden 2014," kata Peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor ketika dihubungi, hari ini.
Firman menilai Akbar Tandjung merupakan politisi kawakan Goolkar yang tentu memiliki naluri yang cukup tajam. Akbar tentu menyadari bila figur Aburizal Bakrie sulit untuk "dijual", sehingga dia berupaya melempar wacana untuk memikirkan langkah-langkah yang perlu dilakukan.
"Hal itu dilakukan karena posisi Akbar yang hanya Ketua Dewan Pertimbangan cukup lemah. Dia tidak memiliki tongkat komando partai lagi," tuturnya.
Namun, dia memperkirakan upaya yang dilakukan Akbar Tandjung itu tidak akan berdampak terhadap keputusan Golkar yang akan mengusung Aburizal Bakrie sebagai calon presiden pada 2014.
"Tongkat komando Golkar tetap dipegang Aburizal Bakrie. Dia cukup berhasil menanamkan pengaruhnya hingga ke pengurus partai di daerah meskipun di masyarakat mungkin elektabilitasnya belum terdongkrak," katanya.
Sebelumnya, Akbar Tandjung mengatakan Juli 2013 merupakan momen tepat untuk mengkaji dan menganalisis elektabilitas Aburizal Bakrie sebagai calon presiden yang akan diusung pada 2014.
Juli 2013, menurut Akbar, merupakan waktu yang tepat karena satu tahun setelah Aburizal Bakrie dideklarasikan sebagai calon presiden. Dia berpendapat, bila tren elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar itu meningkat dan dukungan masyarakat meluas, maka tidak perlu ada keraguan lagi untuk mencalonkan Aburizal Bakrie sebagai presiden.
Namun, bila yang terjadi sebaliknya, dia mengatakan perlu dipikirkan opsi-opsi yang harus dilakukan untuk menindaklanjuti hal itu.
"Saya melihat Akbar Tandjung berupaya bersikap realistis terhadap pencalonan Aburizal Bakrie pada Pemilihan Presiden 2014," kata Peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor ketika dihubungi, hari ini.
Firman menilai Akbar Tandjung merupakan politisi kawakan Goolkar yang tentu memiliki naluri yang cukup tajam. Akbar tentu menyadari bila figur Aburizal Bakrie sulit untuk "dijual", sehingga dia berupaya melempar wacana untuk memikirkan langkah-langkah yang perlu dilakukan.
"Hal itu dilakukan karena posisi Akbar yang hanya Ketua Dewan Pertimbangan cukup lemah. Dia tidak memiliki tongkat komando partai lagi," tuturnya.
Namun, dia memperkirakan upaya yang dilakukan Akbar Tandjung itu tidak akan berdampak terhadap keputusan Golkar yang akan mengusung Aburizal Bakrie sebagai calon presiden pada 2014.
"Tongkat komando Golkar tetap dipegang Aburizal Bakrie. Dia cukup berhasil menanamkan pengaruhnya hingga ke pengurus partai di daerah meskipun di masyarakat mungkin elektabilitasnya belum terdongkrak," katanya.
Sebelumnya, Akbar Tandjung mengatakan Juli 2013 merupakan momen tepat untuk mengkaji dan menganalisis elektabilitas Aburizal Bakrie sebagai calon presiden yang akan diusung pada 2014.
Juli 2013, menurut Akbar, merupakan waktu yang tepat karena satu tahun setelah Aburizal Bakrie dideklarasikan sebagai calon presiden. Dia berpendapat, bila tren elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar itu meningkat dan dukungan masyarakat meluas, maka tidak perlu ada keraguan lagi untuk mencalonkan Aburizal Bakrie sebagai presiden.
Namun, bila yang terjadi sebaliknya, dia mengatakan perlu dipikirkan opsi-opsi yang harus dilakukan untuk menindaklanjuti hal itu.
(cop/was)